September
1st,2014
Yesterday, even though there were
four members of us could not join because of something, but we still did our
plan --> one day trip, go to Malino with my ‘BeeG 13’. In that day, “Logika mengalahkan Hati Nurani” happened to me. The cause why regret always comes late (penyesalan yang selalu
datang terlambat). Malino, di sanalah perasaan menyesal itu ada hingga hari
ini.
Hal
pertama yang saya beli di sana adalah bunga anggrek. Setiba di tempat yang
ramai, saya melangkahkan kaki turun dari mobil dan mendapati dua ekor kuda yang
siap untuk ditunggangi. Karena hanya dua dari kami yang ingin naik kuda, maka
yang lain termaksud saya menunggu sambil berdiri di dekat mobil. Tiba-tiba seorang
kakek berjalan mendekati kami dengan membawa beberapa ikat bunga. Sebenarnya
sih awalnya saya tidak berniat dan berminat melihat ataupun membelinya, akan
tetapi karena rasa kasihan muncul disanubari (asiik), saya pun dan dua teman
saya mulai mengajukan beberapa pertanyaan. Kalau tidak salah percakapannya
kayak gini :
Me : apa ini??
Kakek : bunga anggrek nak..
Me : berapa satu??
Kakek : lima ribu nak..
Dede : ikh lima ribuji, mauka beli..
Me and Dilah : saya juga..
Beberapa detik kemudian, setelah jawab menjawab beberapa pertanyaan, saya, Dede, dan Dilah masing2 membeli dua bunga, putih dan coklat.
Kakek : tinggal satu, beli mi nak..
Me : (tanpa pikir panjang) iyee.. terima kasih.. *tidakmembelinya
Kakek : bunga anggrek nak..
Me : berapa satu??
Kakek : lima ribu nak..
Dede : ikh lima ribuji, mauka beli..
Me and Dilah : saya juga..
Beberapa detik kemudian, setelah jawab menjawab beberapa pertanyaan, saya, Dede, dan Dilah masing2 membeli dua bunga, putih dan coklat.
Kakek : tinggal satu, beli mi nak..
Me : (tanpa pikir panjang) iyee.. terima kasih.. *tidakmembelinya
Kami kembali berjalan2 ke berbagai tempat yang lain dan
melakukan berbagai hal yang menyenangkan bersama2. Take many pictures, trying the flying fox, the swing, have lunch, and
take a prayer. Bahkan memetik strawberry
langsung di kebunnya dan merasakan perasaan damai saat wajah mendapat percikan2
air dingin dan hempasan angin sejuk yang berasal dari air terjun, sungguh
pengalaman yang mendamaikan. Bahkan, do
you know what?? Perjalanan pulangpun sangat menghibur.
Wah..
Senang, damai, emosi, lapar, dingin, lelah, semua perasaan bercampur mejadi
satu. Perjalanan ke sana dan segala aktifitas yang kami lakukan, hingga
perjalan pulang yang menyenangkan membuatku lupa akan satu hal, ‘perkataan hati
nurani’. Bisikan yang sepertinya tanpa kusadari telah aku abaikan hingga
seorang malaikat yang ku panggil ‘mama’ menyadarkan akan satu kesalahan besarku
yang membuatku menyesal hingga saat ini. Mungkin kalian berpikir, hal ini biasa
saja, sayaji terlalu pikir ki (hanya
saya yang teramat memikirkannya), tapi inilah saya yang terkadang amat
emosional dan susah untuk lupa akan hal yang saya anggap seharusnya dilakukan
tapi tidak saya lakukan. Inilah saya yang sering kali menyesal ketika beberapa
saat kemudian menyadari bahwa saya tanpa sadar telah mengabaikan hati nurani
saya.
Betapa
menyesal dan sedihnya saya saat malaikat itu berkata, “alla kasina nak.. tanna mualli ni, siddi to mani kasina monro bunganna,
iyero ga siddie na tajangi na metta lisu. Limassabbu lalomi.. magai de’mu
mattalipong?? coba mutelpong ka. Tomatoua lalosi, iyalemmi lagi doi de’na maga,
bersedekah no asana apalagi makkoromi, tanna muallini kasina..” (astaga nak,
seharusnya mu beli itu bunga, kan tinggal satu, nanti karena menunggu bunga
yang satu itu terjual beliau lama pulang. Harganya juga hanya lima ribu, kenapa
tidak menelpon?? Seandainya menelpon. Orang tua lagi, dikasi saja uang itu
sebenarnya tidak masalah, sedekah namanya. Seharusnya di beli..)
Yah
perkataan malaikat berwujud manusia mulia yang ku panggil ‘mama’ itu, serasa
mencabik2 hati (alay tapi serius). Mamaku yang memang emosional dan mudah
merasa ibah atau bahkan simpati dengan orang lain, cepat tersentuh akan sesuatu
hal itu untuk kesekian kalinya mengajarkanku untuk berbuat baik. Baru kali ini
saya sadar kalau ternyata sifat seperti itu saya warisi dari beliau…
Yang
bisa saya lakukan setelah mendengar perkataan mama hanyalah berdoa, mendoakan
sang kakek anggrek.
InsyaALLAH beliau mendapat rejeki
yang banyak dan halal dari bunga2 itu..
semoga dibunga terakhir itulah rejekinya yang melimpah.. rejeki yang besar, paling besar… aamiin :’)
kakek penjual bunga anggrek, maapkan aku… mian.. sorry..
Waw :(
BalasHapus